Senyum Indonesia untuk Dunia
Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara yang penduduknya mudah tersenyum dan memberi salam. Prestasi ini mempertegas posisi Indonesia sebagai negeri yang ramah.
Seorang pria tiba-tiba menghampiri seorang turis, wisatawan asing, yang sedang duduk santai di teras penginapan Wisma Tujuh, Salemba, Jakarta Pusat. Pria tak dikenal itu melempar senyum ke Clayton serta menyapanya hangat.
“Halo too,” ucap Clayton ke pria tersebut. Sedetik kemudian, terjadilah percakapan hangat antara Clayton dan pria ini.
Tema perbincangannya beragam, mulai menceritakan pribadinya masing-masing sampai perihal lokasi wisata. Meski begitu Clayton lupa nama pria yang dijumpainya ini, ia hanya tahu bahwa pria tersebut berasal dari Bandung dan hendak mengunjungi kerabatnya di salah satu rumah sakit yang berada di sekitar kawasan Salemba.
Bagi Clayton pertemuan itu membekas dalam benaknya. Keramahan orang Indonesia memang terbukti bukan cerita basa-basi. Tak ragu, pria asal Amerika Serikat inipun menyatakan, orang Indonesia mudah tersenyum dan ramah terhadap orang asing.
Pengalaman Clayton setali tiga uang dengan hasil survei The Smiling Report 2009, yang menyatakan Indonesia sebagai negara paling murah senyum di dunia dengan skor 98 persen. Untuk kategori salam, skor Indonesia juga menempati posisi puncak, sejajar dengan Hongkong.
The Smiling Report (TSR) dari AB Better Business yang berbasis di Swedia menyebutkan bahwa skor terbaik ucapan salam ini terutama ditemukan dalam pelayanan pemerintah (94%), sedangkan business to business (B2B) cuma 70%.
Indonesia jelas jauh lebih baik dibanding Pakistan, sebagai negara terendah memberikan senyum dengan skor 44 persen. Sedangkan negara terendah untuk memberikan salam adalah Maroko dengan skor 48 persen. Swedia sendiri berada di peringkat 24, dengan skor untuk murah senyum 77 persen dan salam 81 persen.
Data-data di atas dikompilasi dari para Mystery Shopper, yakni orang-orang terlatih untuk merasakan dan mengukur proses pelayanan terhadap pelanggan. Mereka ini pura-pura sebagai pembeli atau pelanggan potensial untuk selanjutnya melaporkan pengalamannya. Para Mistery Shopper ini disebut juga pelanggan anonim (anonymous customer), tamu virtual, atau pelanggan percobaan.
Hasil kompilasi survei 2008 yang meliputi data customer service itu termasuk jawaban dari 2,5 juta lebih pertanyaan mengenai smile (senyum), greeting (salam) dan add-on sales (layanan tambahan saat penjualan) di 66 negara.
0 komentar:
Posting Komentar
Monggo...kasih coretan di bawah ini...jangan lupa ya...meskipun hanya kata-kata sekedarnya, saya hargai setinggi langit nan biru...