Bagi anak-anak, televisi merupakan kotak bergambar dan bersuara yang menarik untuk ditatap berjam-jam. Tetapi terlalu lama menatap “kotak ajaib” ini bisa menghambat perkembangan bicara dan mengekspresikan pikirannya.
Itu mengapa kita perlu membatasi akses anak terhadap televisi agar anak juga punya kesempatan untuk berinteraksi dengan sekitar. Dalam bahasa singkatnya, kita perlu membuat anak “sibuk”. Lalu “kesibukan” apa yang bisa menyelamatkan mereka dari dampak negatif televisi? Coba lakukan trik-trik Joel Schwartberg, penulis A Great Give to Any Father, berikut ini:
Menggambar atau menempel gambar, ini baik untuk anak berusia 3-7 tahun. Anak-anak suka dengan gambar, terlebih ketika gambar itu bisa ditempel di tempat-tempat kesukaannya. Jika tembok terlihat kotor akibat coretan dan tempelan gambar-gambar, jangan menjadi kesal. Ingatlah coretan itu adalah bagian dari proses stimulasi kreativitas yang membantu ketajaman berpikirnya.
Mengajaknya bermain musik, ini baik untuk anak berusia 3-6 tahun. Dorong mereka untuk membeli satu alat musik dan biarkan mereka memainkannya dengan bebas. Atau ajarkan bagaimana membuat alat-alat yang ada di sekelilingnya, seperti panci bekas atau sendok dan garpu sebagai alat musik. Trik ini akan membuat anak percaya diri karena berhasil menyulap benda-benda itu sebagai alat musik. Rasa percaya diri inilah yang nantinya membuat mereka tidak takut mengekspresikan apa pun yang ada di dalam pikirannya.
Bermain kaos kaki, ini baik untuk anak berusia 3-8 tahun. Sediakan keranjang kecil yang berisi berbagai macam kaos kaki. Setelah itu, minta mereka untuk menemukan pasangan dari masing-masing kaos kaki. Permainan ini akan membantu mereka berkenalan dengan warna. Plus mengajarkan mereka mengenali bentuk yang serupa.
Mengatur rak buku, ini baik untuk anak berusia 5-7 tahun. Ajak anak kita untuk menyusun buku-bukunya berdasarkan ukuran buku. Mulai dari buku yang berukuran kecil, sedang, hingga berukuran besar. Selain membantu mereka berkenalan dengan ukuran, kita juga telah melatihnya untuk merapikan barang-barangnya sendiri.
Melihat begitu banyak kesenangan dan pelajaran yang dapat kita ciptakan bersama anak-anak, rasa-rasanya kita tak butuh televisi lagi untuk mengenalkan kreativitas pada mereka. Di samping itu karena trik yang kita gunakan sebagian besar bermain, maka anak akan berpikir bahwa setiap hal yang dilakukan bersama orangtuanya adalah Kegiatan yang sangat menyenagkan.
Itu mengapa kita perlu membatasi akses anak terhadap televisi agar anak juga punya kesempatan untuk berinteraksi dengan sekitar. Dalam bahasa singkatnya, kita perlu membuat anak “sibuk”. Lalu “kesibukan” apa yang bisa menyelamatkan mereka dari dampak negatif televisi? Coba lakukan trik-trik Joel Schwartberg, penulis A Great Give to Any Father, berikut ini:
Menggambar atau menempel gambar, ini baik untuk anak berusia 3-7 tahun. Anak-anak suka dengan gambar, terlebih ketika gambar itu bisa ditempel di tempat-tempat kesukaannya. Jika tembok terlihat kotor akibat coretan dan tempelan gambar-gambar, jangan menjadi kesal. Ingatlah coretan itu adalah bagian dari proses stimulasi kreativitas yang membantu ketajaman berpikirnya.
Mengajaknya bermain musik, ini baik untuk anak berusia 3-6 tahun. Dorong mereka untuk membeli satu alat musik dan biarkan mereka memainkannya dengan bebas. Atau ajarkan bagaimana membuat alat-alat yang ada di sekelilingnya, seperti panci bekas atau sendok dan garpu sebagai alat musik. Trik ini akan membuat anak percaya diri karena berhasil menyulap benda-benda itu sebagai alat musik. Rasa percaya diri inilah yang nantinya membuat mereka tidak takut mengekspresikan apa pun yang ada di dalam pikirannya.
Bermain kaos kaki, ini baik untuk anak berusia 3-8 tahun. Sediakan keranjang kecil yang berisi berbagai macam kaos kaki. Setelah itu, minta mereka untuk menemukan pasangan dari masing-masing kaos kaki. Permainan ini akan membantu mereka berkenalan dengan warna. Plus mengajarkan mereka mengenali bentuk yang serupa.
Mengatur rak buku, ini baik untuk anak berusia 5-7 tahun. Ajak anak kita untuk menyusun buku-bukunya berdasarkan ukuran buku. Mulai dari buku yang berukuran kecil, sedang, hingga berukuran besar. Selain membantu mereka berkenalan dengan ukuran, kita juga telah melatihnya untuk merapikan barang-barangnya sendiri.
Melihat begitu banyak kesenangan dan pelajaran yang dapat kita ciptakan bersama anak-anak, rasa-rasanya kita tak butuh televisi lagi untuk mengenalkan kreativitas pada mereka. Di samping itu karena trik yang kita gunakan sebagian besar bermain, maka anak akan berpikir bahwa setiap hal yang dilakukan bersama orangtuanya adalah Kegiatan yang sangat menyenagkan.
Jika kita peduli dengan perkembangan anak kita, maka perbanyaklah untuk mencari tahu bagaimana mengukur dan inovasi mengembangkan potensi anak. Semoga info ini akan berguna bagi keluarga Indonesia.